Kisah Gus Miek "Pendidikan yang Tak Pernah Terselesaikan"

Posted By:


Semasa duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR) Gus Miek lebih sering membolos. Ketika dicari ibunya untuk berangkat sekolah atau mengaji, Gus Miek sering berkilah dengan meminta para santri untuk menutupi persembunyiannya dengan berbagai cara, misal dengan ditutupi pelepah kelapa, tumpukan kayu atau tikar daun pandan.

Di Madrasah, Gus Miek hanya sampai kelas pertengahan Alfiyah saja. Kelas Alfiyah merupakan kelas hafalan yang terkenal rumit. Ada kisah menarik di sini. Beberapa hari sebelum ujian hafalan Alfiyah, Gus Miek mengajak Khoirudin berjalan-jalan keliling kota.

“Gus, besok saatnya setoran hafalan Alfiyah, apa sampean sudah siap?” Tanya Khoirudin ketika dalam sebuah perjalanan.

“Aku sudah hafal, lha kamu Mas Din?” Gus Miek balik bertanya.

“Aku juga hafal.” Jawab Khoirudin berbohong.

“Sekarang bermain saja, Mas Din. Urusan besok gampang.”

Esok hari tiba. Saat setor hafalan dimulai, Khoirudin mendapat giliran lebih dulu. Dia gugup bukan main karena dia belum hafal seribu bait. Khoirudin pun melirik kea rah Gus Miek seolah menghendaki isyarat tertentu. Gus Miek kemudian menatapnya tajam dan bibirnya berkomat-kamit, meski tak kedengaran.

Ajaibnya, tanpa sadar bibir Khoirudin menirukan gerakan bibir Gus Miek hingga Alfiyah yang seribu bait itu selesai. Setelah ujian, Khoirudin pun berterima aksih kepada Gus Mie katas bantuan jarak jauhnya. Keduanya pun dinyatakan lulus.

Dalam pendidikan, terutama al Qur’an, Gus Miek untuk pertama kali dibimbing langsung oleh Sang Ibu, Nyai Rodhiyah, kemudian selanjutnya diserahkan kepada Ustadz Hamzah. Proses belajar itu tak berlangsung lama, baru mendapat satu juz, Gus Miek sudah minta khataman.

Menurut cerita, dari sekian banyak putra KH. Djazuli yang dikhatami Alfiyah dengan syukuran hanya Gus Miek saja. Ini karena Gus Miek yang jarang masuk sekolah dan lebih banyak keluyuran bisa khatam Alfiyah, tentunya ini sesuatu yang luar biasa.

Selain juga untuk memotivasi Gus Miek agar lebih giat lagi. Tapi Gus Miek masih sama seperti sebelumnya, di saat saudara dan teman-temannya mengaji, Gus Miek hanya keluyuran dan bermain-main atau tidur-tiduran di samping KH. Djazuli yang sedang mengaji.

Perhatian sang ayah kepada Gus Miek memang berbeda dibanding kepada putranya yang lain. KH. Djazuli hanya akan memulai mengaji jika putra-putranya sudah berkumpul, dan jika tidak mau mengaji maka beliau akan marah sekali, tapi jika Gus Miek yang tidak mau mengaji, maka KH. Djazuli membiarkannya saja.

Pernah suatu ketika Gus Miek disuruh mengaji oleh sang Ayah. Tapi Gus Miek hanya memanggul kitabnya dan mengelilingi KH. Djazuli sebanyak tiga kali. Kemudian dia mengatakan bahwa dirinya telah mempelajarinya, lalu pergi. Melihat tingkah Gus Miek itu, KH. Djazuli hanya diam dan tersenyum.

Perhatian KH. Djazuli yang berbeda kepada Gus Miek ini pertama karena Gus Miek telah memasuki dunia tasawuf sejak kecil. Kedua, desakan dari Nyai Rodhiyah agar Gus Miek dibiarkan melakukan apa kehendaknya, karena sang Ibu tahu bahwa anaknya memiliki kelebihan sejak lahir.

Ketiga, masukan dan pertimbangan beberapa kiai tentang keanehan Gus Miek. Dan, keempat, bukti laporan dari beberapa santri yang mengasuh Gus Miek telah menuturkan ihwal Gus Miek dalam memahami kitab. Wallahu A’lam

0 Komentar